Saturday, September 4, 2010

Serumpun Dua Negara

Assalamualaikum warahmatullah..

Sekarang timbul lagi konflik Malaysia-Indonesia..entah kali yang ke berapa ya. Dari zaman sebelum kemerdekaan sampailah selepas berpuluh-puluh tahun kedua negara merdeka (dua2 merdeka zahir je... tetapi pemikiran masih dijajah Barat!). Misalnya isu TKI (Tenaga Kerja Indonesia), isu pulau Sipadan, blok Ambalat, lagu Negaraku@Terang Bulan, batik, kemudian tarian pendet, tak kurang isu Manohara, dan sekarang pula paling 'panas' - isu yang tercetus di laut perbatasan dua negara. Saya kata paling 'panas' sebab sampai rakyat Indonesia mahu berperang (kononnya). Jalur gemilang kita dibakar. Kedutaan Malaysia di Jakarta diserang dan dilempar najis.... Astaghfirullahal'azim.. Semua ini pada saya gara-gara media mereka yang banyak membuat provokasi terlampau, yang memang akan membangkitkan amarah mereka yang tidak celik minda..percaya bulat-bulat apa yang disiar dan ditulis oleh segala bentuk media mereka.

Ada beberapa cerita yang berlaku dek kerana isu panas ini..Ringkasnya sahaja:

1- Saya ke kantor gubernur untuk mengurus surat izin penelitian (research). Saya memang sudah tidak memakai baju kurung sejak timbul isu ini. Malas. Dari jauh orang sudah tahu saya Malaysian. Jadi ke kantor ini pun saya pakai skirt labuh. Sampai di pejabat yang berkenaan, saya menyerahkan surat dari universiti dan proposal penelitian kepada pegawai di sana. Dia menerima dan membelek-belek proposal saya. Kemudian terus bertanya, "Kamu asal dari mana?"
"Dari Unhas, pak." Sudah tahu maksud soalan tersebut tetapi sengaja saya buat-buat tak faham.
"Tidak, maksudnya dari negara mana...aslinya apa?"
"Oh..saya dari Malaysia, pak." Ringkas je jawab. Dalam hati mula dah gugup.. 'kan kena apa-apa, aku dah la datang sini sorang-sorang.'
"Tidak, kerna namanya saya lihat kayak nama orang Malaysia..."
"Oh.." Mungkin dia sudah biasa dengan nama-nama Malaysia sebab bukanlah sedikit jumlah senior-senior kami yang dah datang ke pejabat ni atas urusan yang sama..

Bicara kami terhenti disitu. Tapi, pada masa yang sama ada seorang wanita usia pertengahan di depan meja pegawai tadi. Dia terus melihat saya selepas tahu saya Malaysian..dilihat pemakaian saya dari atas sampai bawah, lalu bertanya, "Kamu tahu isu bla2.. (apa yang dia sebutkan saya tidak tahu kerana dia menyebut singkatannya, mungkin DPI- Depertemen Perikanan Indonesia - haha, reka!)"
"Hah..? Tidak tahu, bu." Saya mematikan ayat di situ. Tahu, tapi memilih untuk cakap tak tahu untuk tidak memanjangkan perbualan yang boleh 'memanaskan' suasana yang tenang di situ.
Ibu tadi mungkin tidak puas hati dengan saya lalu menyambung, "Orang Indonesia marah sekali sama orang Malaysia.. mahu sweeping katanya.." Suaranya datar, tidak tinggi, dan nadanya pun seperti berjenaka, malah tersenyum lebar.
Saya tak tahu nak cakap apa..untung pegawai tadi tidak menambah apa-apa, dan dia hanya memberitahu bila saya boleh datang semula untuk mengambil surat izin penelitian. Urusan di situ pun selesai. Saya minta diri..cepat-cepat beredar dari situ..
Masih terngiang-ngiang kata-kata ibu tadi. Dalam hatiku 'nak sweeping kitorang.. Indonesian kat Malaysia lagi ramaiii...huh'

*****
2- Saya mahu ke central (tempat shopping, hehe) dengan kawan. Singgah sebentar di ATM Bank Niaga sebab kawan nak withdraw duit dulu. Saya tunggu di atas motor sahaja. Ada satpam (security guard) yang saya agak-agak macam kenal je..tapi takut tersalah orang, saya tidak tegur. Tapi dia yang duduk tidak terlalu jauh dari saya, telah sedar saya merenungnya dari tadi, lalu mendekati saya dan menyapa dulu, "Kenapaki, panas ya?" Sebab saya menutup muka dengan cermin helmet.
"Iye..panas sekali pak. Eh, bukan bapak bertugas di Karebosi kah?" Saya mengambil peluang untuk memastikan di mana sebenarnya saya pernah melihat bapak ini.
"Iye', di Karebosi, tapi sekarang di sini sebentar.. orang atasan mahunya saya di sini.. Kerna lagi 'panas' kan suasana sekarang..Mereka mahu saya menjaga sekitar sini."
Saya mengerti maksud 'panas' itu. Tidak lain tidak bukan mengenai isu konflik terkini dua negara itulah.
"Oooo..." Saya tak tahu nak cakap apa.
"Iya..katanya mahu ada demo di sini."
"Hah, iyakah pak? Mahu demo?"
"Iya..katanya sih. Kamu di kampus, baik-baik ji? Tidak ada senior-senior atau doktor yang 'begitu-begitu'?"
"Saya sudah koas (clinical year), pak. Tidak ada ji yang 'begitu-begitu'.. Baik-baik ji setakat ini, pak. Ada ji dokter yang mengerti, dia bilang, 'kalian datang ke sini kan mahu belajar, yang masalahnya itukan antara pemerintah..' "
"Oohh..iya, untuk belajar ji. Tapi kenapa harus ada masalah kayak ini ya..?"
"Itulah pak, seharusnya tidak begini.. Bila begini, Inggris (Barat) saja yang ketawa.. mereka kan suka lihat kita berpecah, toh." Saya tidak tahu mahu merespon apa, sebab waktu itu saya tidak tahu lagi kisah sebenarnya, full-story nya isu 'panas' tersebut.
"Iya, betul itu! Inggris yang ketawa.. seharusnya kita bersatu......"
Tidak sempat pakcik itu menghabiskan bicara, kawan saya datang, sudah selesai draw duit di ATM.
Saya juga tidak mahu lama di situ sebab cuaca memang tengah panas terik, saya meminta diri. Dia juga memahami, dan mengucapkan selamat jalan..

Kami menyambung perjalanan. Sudah mahu sampai di tempat tujuan, tiba-tiba kami dengar bunyi bising motor yang banyak...dalam hati, 'Adakah ini demo yang dikatakan bapak tadi?' . Kemudian sebuah lori kecil sarat membawa pemuda-pemuda yang membawa sepanduk..tidak sempat pula saya baca kerana ia bergerak. Pemuda-pemuda itu melaungkan sesuatu, telinga kami tidak dapat menangkap jelas apa yang dilaungkan..yang sempat kami tangkap cuma "Malaysia biadappp!!!" Kami berpaling melihat satu sama lain. Bukan kehairanan. Tapi ketakutan. Baru sebentar tadi bapak itu menyebut pasal demo, seperti sepantas kilat, terus terjadi di depan mata. Lega kami tidak memakai baju kurung hari itu.

dan betul, saya baru tahu! baca ni:
http://www.facebook.com/notes/ayunie-halim/pelajar-malaysia-di-macassar-perlu-berwaspada/146737308692398

***
3. Ada satu lagi kisah yang terjadi sewaktu saya bertugas di Poliklinik Unhas. Baru kemarin ceritanya. Tapi saya tidak mahu menceritakan dengan lebar sebab saya tak berapa dengar perbualan yang terjadi tetapi yang saya sempat dengar ialah, "soalnya di negara mereka (Malaysia) juga banyak orang kita."

***
4. Itu yang terjadi di realiti. Di 'alam maya' web Facebook pula tidak kurang 'panas'nya. Ada beberapa kenalan Indonesia yang memang semangat Nasionalisme nya tinggi, meng-update status mengenai konflik ini.. saya tidak terasa kalau mereka itu agak jauh dengan saya. Tapi mereka itu ada antaranya kawan clinical year saya, yang mana mungkin selepas ini akan ada kami selisih posting di department yang sama. Jadi, tidak enaklah suasana (bagi saya la) kalau dia sudah memandang serong dan mempunyai perasaan 'anti-Malaysia' itu. Tidak percaya dia yang kami kenal seorang yang 'celik minda' rupanya telah termakan provokasi media mereka dan menjadilah seperti orang-orang kolot yang lain...

*******************************************
Apapun, walaupun saya sendiri agak 'bengang' dengan situasi yang tegang di kalangan mereka yang kolot bersentimen anti-Malaysia itu, jauh di sudut hati saya, saya tetap mahu melihat dua negara serumpun ini, dan negara-negara Islam lain, bersatu... Bersatu seperti sebelum tahun 1924.. tahun kejatuhan Sistem khilafah Islamiyyah, sistem pemerintahan Islam. Selepas 1924, terbentuk negara-negara bangsa seperti sekarang.. Indonesia, Malaysia, Iraq, Iran, India, Pakistan, etc... dan Barat membawa fahaman Nasionalisme kepada dunia..

Video ini sungguh menarik dan membuka mata tentang sejarah yang tidak dipelajari waktu sekolah dulu... Ini sejarah dunia, sejarah kita!

http://www.youtube.com/watch?v=YRP7nhRYYiM


*******************

Dan saya nak share artikel ini, yang di dapat dari facebook..

*********************************************

Nasionalisme Perpecahan Umat Islam (Tanggapan Isu Konflik Indonesia - Malaysia)

Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang mempunyai banyak persamaan, sama-sama suku Melayu, sama-sama berbahasa Melayu, sama-sama mayoritas Islam, bahkan beberapa Pulau berbagi diantara dua negara. Perpecahan kedua bangsa terjadi karena ulah penjajah kafir Barat, Indonesia dijajah oleh Belanda dan Malaysia dijajah oleh Inggris. Sehingga disaat merdeka kedua bangsa membentuk negara masing-masing, meskipun banyak persamaan yang bisa menyatukan mereka dalam satu negara. Artinya, pemisahan kedua negara terjadi karena rasa nasionalisme yang memang telah diagendakan oleh penjajah kafir Barat.

Nasionalisme adalah ide bathil yang merupakan strategi Barat untuk melemahkan kekuatan Islam. Sehingga meskipun mereka mempunyai aqidah yang sama yakni Islam, tetapi perasaan bersaudara diantara sesama muslim menjadi pudar. Fakta minimnya rasa solidaritas sesama muslim, dapat disaksikan dari kurang pedulinya kaum muslimin dunia terhadap penjajahan dan pembunuhan oleh bangsa kafir terhadap kaum muslimin di Palestina, Afghanistan, Iraq, Moro-Philipina, Pattani-Thailand, Ambon-Indonesia, Uzbekistan, Chechnya, dll. Padahal konsep Islam: ”Innamal mu’minuuna ikhwah”, sesama mukmin bersaudara.

DR. Syafiq A. Mughni dalam “Sejarah kebudayaan Islam di Turki” menyatakan bahwa pada dasarnya bangsa Arab mempunyai ikatan nasionalisme yang kuat, kemudian datang Islam yang membawa konsep “ummah” yang mengesampingkan ikatan nasionalisme dan menyatukan dalam ikatan aqidah, Islam juga tidak mengenal batas wilayah.

Sayyid Quthb dalam ”Fiqih Dakwah” juga menjelaskan bahwa perjuangan Rasulullah saw tidak membawa-bawa nasionalisme. Rasulullah saw bisa saja menggunakan rasa Nasionalisme Arab dalam menyatukan penduduk Makkah, karena adanya ancaman 2 super power Rumawi dan Persia. Setelah penduduk Makkah bersatu (kaum musyrik Quraisy dan muslimin) maka Rasulullah saw mempunyai kesempatan luas untuk berda’wah dikalangan Quraisy, tetapi Rasulullah saw tidak melakukannya.

Rasulullah sangat membenci nasionalisme seperti ini, beliau memarahi sahabat yang menghina sahabat lain karena kebangsaannya, warna kulitnya atau sukunya. Beliau tidak membedakan Abu Bakar dan Umar yang Arab, Salman yang Persia, Shuhail yang Rumawi, Bilal yang negro (Habasyah Afrika), semuanya sama dihadapan Rasulullah saw. Islam hanya mengenal satu ikatan, yaitu Aqidah Islam. Hanya ikatan aqidah ini yang abadi, nasionalisme akan luntur ikatannya saat tidak ada lagi ancaman dari luar.

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah (nasionalisme/sukuisme), orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, serta orang yang mati karena ‘ashabiyyah (HR Abu Dawud).

Walhasil, seharusnya sesama muslim merasakan penderitaan muslim lain, apapun kebangsaan dan sukunya. Apalagi sesama muslim tidak boleh saling berperang, karena ketika dua orang muslim saling membunuh maka pembunuh dan yang dibunuh keduanya masuk neraka.

Apabila dua muslim berhadap-hadapan dengan senjata, maka pembunuh dan yang dibunuh keduanya di neraka. Aku (Abu Bakrah) berkata; ‘Wahai Rasulullah kalau yang membunuh itu sudah jelas berdosa, tapi bagaimana dengan yang dibunuh’. Beliau bersabda; ‘Iapun berdosa, karena telah bermaksud membunuh saudaranya’ (HR Muslim).

Seharusnya sesama muslim bersaudara dan menyatu dalam satu aqidah Islam, bahkan negeri-negeri kaum muslimin diseluruh dunia-pun seharusnya bersatu dalam satu pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiyah. Yakni sistem Islam yang telah diterapkan pertama kali di Madinah oleh Rasulullah saw, sistem Islam ini kemudian dilanjutkan oleh para sahabat utama (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) yakni Khulafaurrasyidin, kemudian dilanjutkan oleh para Khalifah dari Bani Umayah, Abassiyah (Iraq dan Mesir) dan terakhir Utsmaniyah di Turki. Kekhilafahan terakhir dihancurkan oleh Inggris melalui tangan seorang Yahudi Kemal Attaturk pada tahun 1924.

Telah lebih 80 tahun kaum muslimin tidak mempunyai satu kepemimpinan (Khilafah Islamiyah), sehingga kaum muslimin mudah dipecah-belah, dihina-dinakan, didzalimi, dikuras kekayaan alamnya, bahkan dibunuh tanpa mempunyai cukup kekuatan untuk melawan kafir penjajah. Kaum muslimin lemah karena bercerai-berai dalam banyak negara, bahkan sesama muslim sendiri bertengkar seperti kasus blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia. Saatnya kaum muslimin menyadari bahwa perlunya bersatu dalam Khilafah Islamiyah dan diterapkannya hukum-hukum Allah swt dalam pemerintahannya, sehingga Allah swt melimpahkan rahmat-Nya dan kita selamat dunia-akhirat.

Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Al-A’raf: 96).

Persatuan Ummat Islam atau Persatuan Bangsa (Nasionalisme)

Ketika Allah berbicara mengenai persatuan di dalam Al-Qur’an jelas bahwa yang dikehendaki ialah muncunya suatu kesatuan berdasarkan ikatan yang jelas dan hakiki. Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk menjadikan hal-hal primordial sebagai sebab atau ikatan jalinan yang menumbuhkan persatuan antar manusia. Allah memang menyebutkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, namun Allah tidak pernah menyuruh kita untuk menjadikan faktor suku atau bangsa sebagai faktor perekat. Eksistensi suku dan bangsa yang beraneka ragam di tengah pergaulan antar manusia merupakan sebuah fakta yang tak terelakkan, tetapi bukan berarti persatuan berdasarkan kesamaan suku atau bangsa merupakan persatuan yang dianjurkan apalagi diperintahkan oleh Allah maupun RasulNya.

Malah sebaliknya kita temukan sebuah hadits yang mencela persatuan sekedar berdasarkan fanatisme golongan, baik itu golongan berdasarkan kesamaan bangsa, suku atau warna kulit.

“Tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru kepada ashobiyyah (fanatisme golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang atas dasar ashobiyyah (fanatisme golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang terbunuh atas nama ashobiyyah (fanatisme golongan).” (HR Abu Dawud 4456)

Islam mengajarkan ummatnya untuk menjadikan tali Allah sebagai faktor perekat antara satu sama lain sesama orang-orang beriman. Yang dimaksud dengan tali Allah ialah nilai-nilai yang bersumber dari ajaran sempurna Al-Islam. Islamic values merupakan satu-satunya sebab orang-orang beriman pantas dan layak bersatu dan berjamaah. Percuma kita meneriakkan slogan persatuan ummat Islam bilamana kita menyuruh mereka untuk mengikatkan diri kepada tali selain tali Allah alias ajaran Islam. Allah bahkan mengancam bahwa kondisi tercerai-berai pasti akan muncul bilamana kita berpegang kepada selain tali Allah.

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS Ali Imran ayat 103)

Allah mengancam bahwa segala bentuk persahabatan, persekutuan, koalisi, pertemanan, perkoncoan, aliansi, kemitraan akan berakibat kepada saling bermusuhan kelak di hari berbangkit, kecuali bila menjalin persahabatan yang berlandaskan taqwa kepada Allah semata. Mereka yang menjalin hubungan semata berlandaskan taqwa kepada Allah akan akrab di dunia dan tetap akrab di akhirat.

”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf ayat 67)

Persahabatan yang berlandaskan taqwa kepada Allah seringkali disebut sebagai Al-Ukhuwwatu Fillah (Persaudaraan dalam/karena Allah). Mengapa? Karena mereka yang bersaudara karena Allah adalah orang-orang yang sadar bahwa sesungguhnya Allah-lah sebab bersatu yang hakiki dan abadi.

”dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal ayat 63)

Orang-orang yang bersatu bukan berdasarkan tali Allah akan bersatu sebatas masih tersedianya ”kekayaan” yang mempersatukan mereka. Kekayaan merupakan simbol dari ”kepentingan duniawi” yang sifatnya sementara bahkan sesaat. Begitu kepentingan tersebut telah menghilang, maka mereka akan segera tercerai berai dan hilang kesatuannya. Bahkan tidak kadang perpecahan serta permusuhan akan segera tampak selagi masih di dunia tanpa menunggu datangnya hari berbangkit.

Sedangkan orang-orang beriman tidak pernah tertipu. Mereka sangat faham dan sadar bahwa segala kepentingan dunia sifatnya adalah kesenangan sementara dan menipu. Maka mereka tidak akan mau menjalin bentuk persatuan, perkoncoan, pertemanan, aliansi, koalisi atau apapun namanya kecuali bila jelas bahwa yang jadi sebab dan landasan bersatu adalah Allah semata. Sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup. Jika kita menyatukan diri satu sama lain hanya karena Allah, maka kita akan merasakan keakraban yang melampaui batas-batas ruang dan waktu, sebab sampai kapanpun dan dimanapun Allah tetap hadir dan mendampingi mereka yang bersatu karena Allah. Sekalipun sudah sama-sama meninggal dunia, namun kelak ketika dibangkitkan di hadapan Allah mereka yang saling bercinta, bersaudara serta bersatu hanya karena Allah akan mendapati Allah sebagai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang di hari tersebut. Mereka tidak akan memiliki rasa takut, khawatir dan resah saat semua orang lainnya dalam keresahan dan ketakutan di hari Kiamat. Bahkan Allah akan menjadikan mereka sebagai orang-orang istimewa yang dibanggakan dan dilimpahkan cahayaNya. Sedemikian istimewanya kedudukan mereka sehingga menimbulkan kecemburuan dari para Nabi dan para Syuhada.

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat mereka yang bukan para Nabi maupun para Syuhada, namun para Nabi dan para Syuhada cemburu dengan mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Sahabat bertanya:

“Ya Rasulullah, kabarkanlah kepada kami, siapakah mereka?

“Beliau bersabda: ”Mereka adalah kaum yang saling mencinta dengan ruh Allah, mereka tidak diikat oleh hubungan keluarga di antara mereka maupun harta yang mereka kejar. Maka, demi Allah, sungguh wajah mereka bercahaya, dan mereka di atas cahaya. Mereka tidak takut saat manusia ketakutan. Dan mereka tidak bersedih saat manusia bersedih.” Lalu beliau membacakan ayat: ”Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak merasa takut dan tidak bersedih hati.” (HR Abu Dawud 3060)

Saudaraku, sudah tiba masanya bagi ummat Islam, dimanapun dan kapanpun, untuk menyadari hal fundamental ini. Kita selama ini telah tertipu bila menyangka masih ada ideologi lain yang mampu mempersatukan manusia. Apapun nama ideologi tersebut. Oleh karenanya, marilah kita kembali meneladani sunnah Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dalam segala hal, termasuk dalam hal menjalin ikatan persahabatan dan mewujudkan persatuan.

Ideologi Nasionalisme itulah yang sempit dan primordial. Kenapa? Karena ia hanya sibuk dengan satu bangsa saja dan mengabaikan bangsa-bangsa lainnya. Itupun masih kita pertanyakan ketulusan dan kesungguhannya memperhatikan nasib bangsa tersebut. Sedangkan Islam datang justeru untuk mempersaudarakan ummat manusia dari aneka latar belakang suku dan bangsa.

Lihatlah sejarah, bagaimana Islam telah mempersaudarakan sahabat Umar bin Khattab dari bangsa Arab, Salman Al-Farisi dari Persia, Shuhaib Ar-Rumi dari bangsa Romawi dan Bilal bin Rabah dari Ethiopia. Jika hari ini kita lihat bahwa persatuan ummat Islam sedang tidak tampak, barangkali suatu pertanyaan mendasar perlu diajukan. Benarkah ummat Islam dewasa ini secara jujur telah menjadikan tali Allah saja sebagai perekat untuk mewujudkan persaudaraan dan persatuan di antara mereka satu sama lain? Wallahua’lam bish-showwaab.

Ya Allah, sungguh Engkau tahu bahwa hati-hati kami telah berhimpun dalam cinta kepadaMu, bertemu dalam taat padaMu, bersatu dalam da’wah menyeruMu, saling berjanji untuk menolong Syari’atMu, maka kokohkanlah -ya Allah- ikatannya, kekalkanlah kasih-sayang di antaranya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah dengan cahayaMu yang takkan pernah padam, lapangkanlah dada-dadanya dengan keutamaan iman kepadaMu, keindahan tawakkal padaMu, hidupkanlah dengan Ma’rifah akan Engkau dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong. Sholawat dan salam atas Rasulullah Muhammad. Amin ya Rabb.

Masihkah kita mempertahankan nasionalisme, yang memecah belah kita, sementara kaum kuffar telah menumpahkan darah saudara kita di muka bumi ini. Lihatlah keadaan kaum muslim Palestina, di Iraq, dan dinegeri muslim lainnya, siapa yang berani membela mereka. Sementara kita sibuk ingin bereperang dengan saudara kita sendiri ????

**************************************

Semoga aman damai dua negara ini, dan Palestin juga, serta negara-negara Islam yang lain.. Dan semoga Allah memberi saya dan kita semua kesempatan untuk merasai hidup di zaman sistem khilafah itu... insyaAllah..ameen!




4 comments:

  1. @ Doc nurira :

    Assalamualaikum, salam perjuangan.

    Aisey...bru plan nk g sne thn ni ad je la isunya...

    Teringat suatu ketika semasa mengikuti pengkaderan Ospek 2007, lepas solat zohor anak-anak Malaysia diminta untuk memberi kultum. Kawan-kawan semua tengok saya, saya pun terus ke depan bagi kultum dalam bahasa aIndonesia tunggang langgang. Cakap sajalah apa yang terlintas dalam fikiran, masa itu hanyalah mahu supaya dua rumpun di berdamai baah naungan Islam...Insya Allah Amin

    ReplyDelete
  2. waalaikumsalam wbt,

    oh, kena bagi kultum ya masa Ospek dulu? baguslah..nanti kalau jadi datang sini boleh bagi pengisian yg pjg2 untuk malam yasin, takpayh kultum2 pendek.. :)

    itu la, ada2 je isu..mcm2, lepas satu, satu. semoga adik2 yg lain kat sini pandai membawa diri dengan situasi2 macam ni. kalau koas lagi besar cabaran dia..dengan doktor and supervisor. Allah...tawakkal je la semuanya lancar dan dipermudahkan. tapi ada je yang baik dan paham.. walaupun kat depan kita je baik.. huhu.

    semoga aman damai dah lepas ni negara beradik ni..amin, insyaallah!

    ReplyDelete
  3. @ akak nurul firdaus :

    Erkk! Allah Taala...

    Belum cukup ilmu ni akak. Kita ada yang lebih soleh dan berpengalaman macam Izzat, Firdaus dan sebagainya.

    ^_^

    Insya Allah Amin...

    ReplyDelete
  4. ya ustaz bad,

    mereka2 ini, biasala sindrom koas.. the so-called *sibuk*

    =)

    ReplyDelete

Suarakan seikhlasnya~ Thank you ;)